Jakarta: Kasus keterlambatan penerbangan yang dialami jemaah haji Indonesia ke Tanah Suci menjadi sorotan. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan situasi itu disebabkan kesalahan maskapai yang sudah terikat kontrak, yakni Garuda Indonesia dan Saudia Airlines.
Yaqut menjelaskan menjelaskan keterlambatan yang dialami Garuda Indonesia karena spare part pesawat harus didatangkan Lithuania dan membutuhkan waktu. Sementara, global supply chain terganggu akibat perang Rusia dan Ukraina.
"Sementara dari Saudia Airlines mereka seperti belum siap pesawatnya sesuai dengan kontrak, ada beberapa pesawat yang datang tidak sesuai kontrak," ungkap Yaqut dalam konferensi pers secara daring, Selasa, 6 Juni 2023.
Ia mencontohkan, satu pesawat bisa ditempati 480 jemaah tapi pesawat yang datang hanya berkapasitas 405 jemaah, sehingga ada 75 jemaah lain harus menunda keberangkatannya. Masalah ini menjadi catatan tertentu yang harus diperbaiki Kementerian Agama dan Kementerian Perhubungan pada musim haji selanjutnya.
"Di kontrak juga ada pinalti jika ada keterlambatan tidak sesuai dengan jadwal yang sesuai semua ada pinaltinya, termasuk jemaah yang menunggu lama belaku ketentuan internasional," kata Yaqut.
Yaqut menyebut dari Kementerian Perhubungan ada pembicaraan ulang dengan maskapai Garuda Indonesia dan Saudia Airlines agar ke depan tidak ada lagi peristiwa keterlambatan yang mengangkut jemaah.